Minggu, 04 Desember 2011

JALUR PERDAGANGAN DUNIA

5 Oktober 2009

Sejarah Jalur Sutra "Asal Usul"


[Image][Image]
Jalur Sutra adalah nama yang diberikan seorang Jerman bernama von Richthofen pada Abad-18M, untuk jalur darat yang menghubungkan Cina dengan Eropa. Sekalipun baru dibuka resmi pada Abad-3SM, di masa Dinasti Han yang mulai mengirim utusan ke berbagai negara Asia Selatan dan Timur Tengah, namun Jalur Sutra sudah ada jauh sebelumnya. Jalur Sutra terdiri dari banyak jalur yang bercabang-cabang, dan digunakan untuk perdagangan berbagai komoditas selain sutra seperti gading, tanaman, emas. Secara garis besar ada tiga jalur, di utara, tengah dan selatan.
Jalur Utara menghubungkan Cina dengan Eropa sampai Laut Mati, melalui Urumqi dan Lembah Fergana. Jalur Tengah menghubungkan Cina dengan Eropa sampai tepian Laut Meditrrannia, melalui Dun-huang, Kocha, Kashgar, menuju Persia. Jalur Selatan menghubungkan Cina dengan Afghanistan, Iran dan India, melalui Dun-huang dan Khotan menuju Bachtra dan Kashmir. Di Cina, Jalur Sutra berujung di Changan atau Xian, ibukota kerajaan, ke arah barat melewati koridor Gansu, menuju Dun-huang di sisi Gurun Taklimakan. Jalur utara mulai dari Dun-huang dan Yu-men Guan, menyeberangi Gurun Gobi menuju Hami (Kumul), lalu menyisir kaki Tian-shan di bagian utara Taklimakan. Setelah oasis Turfan, menuju Urumqi dan Lembah Fergana untuk masuk Eropa sampai Laut Mati. Jalur ini bercabang di Turfan, ke oasis Kucha, menuju Kashgar di kaki Pamirs.Jalur selatan mulai Dun-huang, melewati Yang Guan, menyusuri sisi selatan Taklimakan, melalui Miran, Hetian (Khotan) dan Shache (Yarkand), menuju utara lalu menuju Kashgar . Masih ada beberapa cabang jalur, salah satunya bercabang dari jalur selatan menuju sisi timur Gurun Taklimakan ke kota Loulan, lalu bergabung dengan jalur utara di Korla.Dari Kashgar yang simpang lalulintas Asia, ada jalur menyeberangi Pamirs menuju Samarkand dan menuju selatan ke Laut Kaspia; atau jalur ke selatan melewati Karakorum menuju India; dan sebuah jalur lain menuju Kuqa, menyeberangi Tian-shan, menuju Laut Kaspia melalui TashkentAsal-usul Sutra dan Perkembangan Sutra di Cina Legenda Cina memberi gelar Dewi Sutra kepada Putri Hsi-Ling-Shih, istri Kaisar Kuning yang mistis, yang disebut memerintah Cina sekitar tahun 3000SM. Putri Hsi-Ling-Shih dianggap berjasa memperkenalkan ulat sutra dan cara pengembakbiakannya. Pada tahun 1927 ditemukan kepompong ulat sutra dari masa 2600-2300SM di bantaran Sungai Huangho, Propinsi Shanxi, Cina utara. Di Qianshanyang, Propinsi Zhejiang ditemukan pita, serat sutra, dan perca, dari waktu sekitar tahun 2000SM. Di bagian hilir Sungai Yang-Tze bahkan ditemukan sebuah cangkir kecil dari gading bermotif-hias ulat sutra, alat tenun, serat sutra dan perca dari masa antara 6000-7000SM. Pada awalnya sutra hanya bisa digunakan di kalangan istana (raja, kerabat dekat, kantor tinggi). Di dalam istana, kaisar mengenakan jubah sutra putih, di luar istana kaisar dan permaisurinya mengenakan jubah sutra kuning. Pada Abad-5SM, paling tidak ada enam propinsi Cina penghasil sutra. Setiap musim semi, Permaisuri memimpin langsung upacara pembuatan sutra. Kerahasiaan teknik dan proses pembuatan sutra dijaga ketat oleh pemerintah. Barangsiapa membuka rahasia, atau menyelundupkan telur atau kepompong sutra ke luar Cina, akan dihukum mati. Secara bertahap produksi kain sutra menjadi industri dan elemen penting ekonomi Cina, sutra digunakan sebagai instrumen musik, tali pancing, tali busur panah, tali pengikat, dan kertas tulis. Akhirnya orang kebanyakanpun bisa mengenakan pakaian sutra. Pada waktu Dinasti Han [206SM-220M] sutra tidak lagi sekedar produk industri atau barang dagangan. Petani membayar pajak dengan beras dan sutra, pejabat menerima gaji dan hadiah sutra. Perdagangan Sutra Sutra menjadi komoditi perdagangan internasional Cina yang sangat berharga antara.Perdagangan sutra telah terjadi jauh sebelum Jalur Sutra dibuka resmi pada Abad-3SM. Di desa Deir el Medina dekat Thebes, Lembah Raja-raja, Mesir, situs makam para pekerja raja Mesir, ditemukan mummi seorang wanita berusia antara 30-50 tahun. Mummi tersebut mengenakan sutra.Berdasarkan data anthropologis, metode mummifikasi, kondisi makam dan 'amino-acid racemization', mummi tersebut dinyatakan berasal dari sekitar tahun 1070, masa Dinasti Ke-21! [G. Lubec, J. Holaubek, C. Feldl, B. Lubec, E. Strouhal. NATURE, March 4, 1993]. Sebelum temuan ini, tercatat bahwa sutra digunakan di Mesir pada masa Dinasti Ptolomeik (sekitar Abad-3), termasuk Cleopatra. Pada Abad-4SM, orang-orang Yunani dan Roma mulai berbicara tentang Seres, Pemerintah Sutra. Beberapa sejarawan menceritakan bahwa pasukan Marcus Licinius Crassus, Gubernur Siria, adalah orang Romawi pertama yang matanya silau (dalam arti sebenarnya) karena sutra. Dalam pertempuran Carrhae dekat Sungai Efrat, tahun 53SM, para serdadu Romawi panik karena mata mereka silau oleh kilauan sutra rompi pelindung serdadu Partian. Dalam waktu satu dasawarsa sutra Cina menjadi pakaian eksklusif elit Roma (seluruh pakaian Kaisar Heliogabalus [218-222] terbuat dari sutra), tapi cepat meluas ke berbagai lapisan masyarakat, bahkan yang terendah, seperti dicatat Marcellinus Ammianus, tahun 380. Permintaan sutra semakin meningkat, sehingga harga sutra di Roma sangat tinggi (sepotong sutra dari jenis terbaik berharga 300 denarii, senilai gaji setahun prajurit Romawi). Banyak sumber mengatakan bahwa permintaan tinggi sutra impor telah merusak sendi-sendi ekonomi Romawi. Pada Abad-2SM, duta Kaisar Wu-Ti dari Dinasti Han mengunjungi Persia dan Mesopotamia, membawa berbagai hadiah, termasuk sutra. Keberhasilan sutra dan Jalur Sutra berlanjut di masa Dinasti Tang [618-907], seperti terbukti dari banyak penemuan arkeologis (penemuan Aurel Stein tahun 1907 adalah salah satu yang paling dramatis). Stein menemukan lebih dari 10.000 naskah, berbagai lukisan, kain dan panji sutra di sebuah ruang di Gua Seribu Buddha, dekat Dunhuang, sebuah tempat perhentian di sebelah baratlaut Gansu. Artefak itu adalah barang yang disembunyikan para biarawan Buddhis karena adanya sinyal serangan suku Tangut dari Tibet, sekitar tahun 1015. Perdagangan Jalur Sutra Selama satu milenium berikutnya, produk gelas Jahudi dan kain linen menjadi barang dagang utama yang dipertukarkan dengan sutra dan rempah dari Cina dan India .Kayumanis (cinnamon), cassia (kulit kayu bahan pembuat kayumanis), jade, kamper, dan produk Cina lainnya memiliki pasar yang bagus di Barat. Referensi pertama dalam naskah tentang produk dari Asia Timur (cinnamon dan cassia), ada di Kel30: 23: Musa diperintahkan untuk mengambil "rempah-rempah pilihan, mur tetesan limaratus syikal, dan kayu teja (kayumanis) yang harum (kinamon besem) setengah dari itu ".Dalam Kel.30: 24 disebutkan bahwa Musa diperintahkan untuk mengambil "kayu teja (kayumanis, cassia, kiddah) lima ratus syikal". Dalam naskah Mishnah, seorang tokoh halakah Rabbi Chiyya bar Abba disebut sebagai salah seorang pengusaha Timur-Dekat, yang memperdagangkan tiga barang dagangan utama di sepanjang jalur ke Cina, yaitu: barang-barang dari kaca, rami halus, dan linen.Herodotus (485-425SM) menyatakan bahwa kata Yunani kinnamomon berasal dari Kanaan (3.111). Begitu pula kata yang digunakan dalam Kitab Keluaran untuk cassia, kiddah, muncul dalam bahasa Yunani menjadi KITTO. Kata lain dalam Alkitab kes'iah (Maz45.9), menjadi kata Yunani Kasia. Transkripsi kata Aram ke bahasa Yunani menunjukkan bahwa para pedaganglah yang pertama kali membawa rempah tersebut dari abad-5SM dari Asia Timur ke Kawasan Mediterania sebagai barang dagangan. Sebuah manuskrip Latin abad-4, Descriptus Orbis, menyebutkan Beth Shean sebagai sebuah kota pemasok kain untuk seluruh dunia. Keunggulan tekstil dan pakaian yang diproduksi kalangan Jahudi Beth Shean juga diakui oleh Kaisar Romawi Diocletian. Pada tahun 296 Diocletian menerbitkan dekrit yang menetapkan patokan harga dan upah di seluruh kekaisaran Romawi, produk tekstil Beth Sean menempati tempat teratas. Untuk produk kaca, dekrit itu hanya mendaftar dua jenis saja, yaitu vitri Ijudaici (barang produk kaca Jahudi) dan vitri Alessandrini (barang produk kaca Alexandria). Kaisar Romawi lain, Hadrian, menyatakan bahwa Jahudi adalah produsen kaca Alexandria. Kedua hal ini menyatakan Jahudi adalah produsen kaca kelas dunia di masa Romawi. Aurel Stein menemukan berbagai serpihan kaca kepingan di berbagai situs di sepanjang Jalur Sutra di Kawasan Xinjiang Cina. Stein juga menemukan berbagai jenis naskah yang ditulis pada kertas atau kayu, dalam berbagai bahasa termasuk Aram.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls